Jumat, 23 Oktober 2009

KEBEBASAN YANG KEBABLASAN

 Pada tanggal 13-18 Oktober 2009, di Surabaya diadakan Festival bertema Queerly Asia yaitu sosialisasi film Queer. Queer berasal dari bahasa Jerman yang berarti bengkok atau miring atau salah, Queer ini menunjuk pada kaum homoseksual walaupun pada mulanya tidak menunjuk pada salah satu konotasi seksualitas tertentu.
Festival ini diprakarsai oleh sekelompok anak muda yang umumnya mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menamakan dirinya Q-Munity. Q-Munity ini adalah komunitas Gay dan lesbian yang mengingingkan pengakuan atas eksistensi mereka di masyarakat dan. Dari hari ke hari jumlah kaum ini mencapai 5 % di seluruh Indonesia.
Dengan diadakannya festival film Queer ini yang memutar , komunitas ini berharap masyarakat makin sadar dan mau menerima keberadaan mereka (kaum gay dan lesbian). Jawa Pos, 21 Oktober 2009 hal 29.
        Ironis memang, festival film yang bertajuk mensosialisasikan homoseksual di masyarakat dapat berlangsung di Negri kita ini, negri yang berazaskan Pancasila yang didalamnya mendasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, negri yang mayoritasnya mengaku beragama Islam, menyatakan menjunjung tinngi kemanusiaan yang adil dan beradab. Bukankah kegiatan tersebut dapat menjerumuskan masyarakat kedalam kemerosotan moral dan peradaban?
       Memang, banyak cara kaum liberalis ingin mempropagandakan pemahamannya. Dengan berdalih menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, mereka mendendangkan kebebasan yang tak terbatas, tidak hanya pada pemikiran tetapi mencakup segala hal, baik politik ekonomi, bahkan agama. Padahal mereka senantiasa mengalami kegelisahan, ketidak tenangan jiwa dan jauh dari kebenaran sehingga mereka selalu mengejar kebahagiaan fatamorgana melalui kepuasan fisik.
            Mengerikan, sungguh mengerikan !!!.
Mengerikan jika kita tidak segera sadar dengan propaganda mereka yang menuntut ‘kebebasan’ yang tak terbatas itu telah menyebar dan memasyarakat yang  akhirnya menjadi budaya, sehingga  hal yang sebelumnya tabu dan hina menjadi hal yang biasa sebagaimana yang mereka inginkan. Na’udzubillahi min dzaalik.
Allah berfirman didalam Al-Qur’an surat Al-Jatsiyat ayat 23 yang artinya:
“Maka penahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa tidak kamu mengambil pelajaran?”.
Membentengi diri dan anak-anak kita dengan pemahaman dan pendidikan agama yang kuat, adalah modal penting untuk menghadapi kaum liberalis.
Menanamkan ketaatan beragama untuk menjadi kebiasaan sejak dini merupakan modal bagi anak kita untuk dapat menghadapi ‘serangan’ dari luar diri mereka yang bersifat sesat dan menyesatkan, disamping itu memberantas kaum yang menjembatani pengrusakan moral adalah merupakan kewajiban bagi kita semua.


1 komentar:

nana math93 mengatakan...

bener banget mbak. kita harus membentengi diri dan keluarga kita dari hal2 yang dimurkai Alloh agar tidak diazab seperti kaum nabi luth

Posting Komentar